Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Bagaimanakah jadinya, apabila kita memandang hidup seperti melihat lobang jarum?
Ungkapan dari bahasa Arab
"Tsaqbulibrah" (lobang jarum). Bisa kita membayangkan, betapa picik dan sempitnya dunia ini, apabila seseorang melihat dunia yang luas ini dari lobang jarum yang kecil itu.
Bagaimana, sampai bisa terjadi sikap seseorang semacam ini, apakah tanda-tandanya?
Tanda-tandanya, gampang saja. Dia merasa pendapatnya sajalah yang benar (pendapat tanpa argument, atau dalil, tentu yang dimaksudkan disini, kalau sudah ada dalil dari AlQuran dan Assunnah, tentu bukan pendapatnya yang dikemukakannya, tetapi dari Allah SWT dan RasulNya).
Dan tidak memahami/memandang pendapat orang lain disekitarnya
yang mana apabila pendapat sekitarnya juga berdalil AlQuran dan Assunnah juga,
dia masih saja tetap bersikeras, bahwa apa yang dikatakannya, itulah yang benar.
Tentu tidak salah, apabila seseorang mengatakan dia benar, sepanjang semua itu berasal dari AlQuran dan hadits, karena bagaimanapun Kebenaran itu datangnya dari Allah SWT , maka janganlah kamu menjadi orang-orang yang ragu akan kebenaran tersebut.
Yang sulit, dan yang salah, adalah mereka tak memiliki dalil, kecuali memakai akalnya saja, bersikeras dengan pendapatnya tersebut, dia merasa, dia benar. Orang semacam inilah yang bisa dikatakan memandang hidup hanya dari lobang jarum yang kecil.
Hanya memakai kasat matanya saja.
Dia berjalan bagaikan kereta api yang tidak berhenti,(kecuali dihalte). Tak memandang kanan kirinya, jalan terus dengan perjalanan relnya, tak mau tahu, apakah ada manusia yang akan ditabraknya didepan rel tersebut, dia akan tetap jalan sesuai dengan relnya
Cobalah kita letakkan jarum kecil itu di jemari kita, kemudian, kita mencoba melihat sesuatu diluar sana dari lobang tersebut, apakah yang terlihat oleh kita, seberapa besar dan jauhkah pandangan mata kita melihat dari lobang jarum tersebut. Paling-paling yang terlihat gelap gulita, bintik kecil.
Nah, semacam itulah hidup manusia, apabila dia memandang kehidupan ini, begitu sempit, sehingga ia akan gampang putus asa, resah dan gelisah, gelap, seakan tak ada cahaya matahari yang akan menyinarinya dalam kegelapannya itu. Memiliki problema sedikit saja dalam kehidupan sudah down, putus asa, menyalahkan orang disekelilingnya, orang lainlah penyebab kegagalan dalam hidupnya, orang lainlah yang menyebabkan dia begini dan begitu. Selalu melemparkan kesalahan dimuka orang lain, tanpa pernah mau mengoreksi diri sendiri, ada apa, dan kenapa. Bahkan tak jarang su'udzhan (buruk sangka) dengan manusia lainnya, apalagi dengan Allah SWT, dengan menyalahkan takdirnya yang buruk itu.
Mungkin, ini jugalah yang dikatakan pepatah orang tua zaman dahulu kala : Dunia tak selebar daun kelor.
Dunia ini akan luas apabila cara dan arah pandang kita juga luas, dan dia akan serasa sempit, apabila cara dan arah memandang kita juga sempit. Oleh karena itu, jangan pernah memandang hidup ini dari lobang jarum semata, tetapi pergunakanlah mata nyata, mata hati, akal, nurani, telinga, dan yang terpenting adalah selalulah menyadari ada yang memperhatikan kita diatas sana, yakni Allah Subhanahu Wata'ala.
"Sebaik-baik manusia, adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lainnya".
Tentu tidak salah, apabila seseorang mengatakan dia benar, sepanjang semua itu berasal dari AlQuran dan hadits, karena bagaimanapun Kebenaran itu datangnya dari Allah SWT , maka janganlah kamu menjadi orang-orang yang ragu akan kebenaran tersebut.
Yang sulit, dan yang salah, adalah mereka tak memiliki dalil, kecuali memakai akalnya saja, bersikeras dengan pendapatnya tersebut, dia merasa, dia benar. Orang semacam inilah yang bisa dikatakan memandang hidup hanya dari lobang jarum yang kecil.
Hanya memakai kasat matanya saja.
Dia berjalan bagaikan kereta api yang tidak berhenti,(kecuali dihalte). Tak memandang kanan kirinya, jalan terus dengan perjalanan relnya, tak mau tahu, apakah ada manusia yang akan ditabraknya didepan rel tersebut, dia akan tetap jalan sesuai dengan relnya
Cobalah kita letakkan jarum kecil itu di jemari kita, kemudian, kita mencoba melihat sesuatu diluar sana dari lobang tersebut, apakah yang terlihat oleh kita, seberapa besar dan jauhkah pandangan mata kita melihat dari lobang jarum tersebut. Paling-paling yang terlihat gelap gulita, bintik kecil.
Nah, semacam itulah hidup manusia, apabila dia memandang kehidupan ini, begitu sempit, sehingga ia akan gampang putus asa, resah dan gelisah, gelap, seakan tak ada cahaya matahari yang akan menyinarinya dalam kegelapannya itu. Memiliki problema sedikit saja dalam kehidupan sudah down, putus asa, menyalahkan orang disekelilingnya, orang lainlah penyebab kegagalan dalam hidupnya, orang lainlah yang menyebabkan dia begini dan begitu. Selalu melemparkan kesalahan dimuka orang lain, tanpa pernah mau mengoreksi diri sendiri, ada apa, dan kenapa. Bahkan tak jarang su'udzhan (buruk sangka) dengan manusia lainnya, apalagi dengan Allah SWT, dengan menyalahkan takdirnya yang buruk itu.
Mungkin, ini jugalah yang dikatakan pepatah orang tua zaman dahulu kala : Dunia tak selebar daun kelor.
Dunia ini akan luas apabila cara dan arah pandang kita juga luas, dan dia akan serasa sempit, apabila cara dan arah memandang kita juga sempit. Oleh karena itu, jangan pernah memandang hidup ini dari lobang jarum semata, tetapi pergunakanlah mata nyata, mata hati, akal, nurani, telinga, dan yang terpenting adalah selalulah menyadari ada yang memperhatikan kita diatas sana, yakni Allah Subhanahu Wata'ala.
"Sebaik-baik manusia, adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lainnya".
Wasssalamu'alaikum.
0 komentar:
Posting Komentar