Rabu, 30 Januari 2013

Agenda Biru Dan Gadis Berkerudung Hitam (PART 3)


Namun, lagi-lagi...ia harus menelan rasa putus asa yang begitu mendalam. Sang gadis berkerudung hitam mengabarkan kepada seluruh sahabat-sahabatnya, bahwa tak lama lagi ia akan menikah dengan seorang ikhwan yang telah dipilihkan untuknya. Undangan pun sampai ditangannya, dengan berurai airmata tangannya gemetar. Ia meyakinkan dirinya, bahwa ini adalah kenyataan. Ia menangis berminggu-minggu. Belum lagi sahabat dekatnya yang sudah meengetahui rencananya ingin melamar gadis berkerudung hitam terus saja mengulas-ulas kenangan dahulu mengenai gadis itu.
Kini ia bukan lagi gadis berkerudung hitam, melainkan wanita sholehah milik seseorang yang memakai kerudung putih borkat dengan melati dikepalanya. Matanya tidak lagi sembab, melainkan menghitam. Dibukanya jejaring sosial, diketiknya nama gadis pujaan hatinya itu, dicarinya foto gadis itu, termasuk foto pernikahannya, tidak dijumpainya. Dia tersenyum bangga, ternyata gadis pujaannya masih seperti yang dulu, tidak suka mengumbar wajah. Senyumnya kemudian menjadi dingin, tatapannya kosong. Kini dia sudah milik seseorang. Airmatanya kembali menetes meski ia tak ingin menangis. Aku pun sudah jarang ia sentuh, ia tak lagi menulis curahan hatinya padaku. Ia sering terlihat berfikir keras dan berpergian tanpa membawaku. Ia kini semakin sibuk, terakhir aku dengar ia menjadi menjabat sebagai ketua dari bidang tertentu dikampusnya dan menjadi ketua umum dalam suatu organisasi nasional diluar kampusnya. Ketika malam sudah menyelimut, ia menangis diatas sajadah. Dan ketika pagi datang, ia berburu bersama motornya mengejar amanah-amanah yang sedang bergelayut dipundaknya. Hampir setiap malam aku melihatnya memandang leptop bersama tumpukan buku didekatnya. Wajahnya tidak bercahaya lagi, dibawah matanya menghitam, keningnya terlihat guratan-guratan keras.
Sampai akhirnya, aku terbangun disuatu hari yang begitu mendung, dijumat pagi. Dari dalam kamarnya aku memandang kearah luar. Ia dikelilingi banyak orang-orang yang sedang berduka, tubuhnya terbujur kaku dengan beberapa helai kain diatasnya. Aku melihatnya tersenyum padaku, aku pejamkan mata kuat-kuat kemudian membuka nya kembali, ternyata ilusi. Aku masih melihatnya terbujur kaku. Salah seorang kudengar samar-samar mengatakan, “motornya hancur begitu ditabrak dari belakang dengan kecepatan tinggi”. Aku terdiam, aku hanya agenda biru yang tak bisa menangis. Aku mengulang-ulang kenangan terakhirku bersamanya, ia memelukku dengan begitu ceria. Iyaaa...aku ingat, ia begitu ceria hari itu. Entah apa itu, ia tak menceritakannya padaku. Ataukah ia merasa bahagia karna hari itu ia akan bertemu dengan bidadari surga seperti janji Allah bagi para pejuang agamaNya?
Aku kembali terdiam, aku hanya agenda biru yang tak bisa menangis. Aku mengulang-ulang kenangan terakhirku bersamanya, ia memelukku dengan begitu ceria.

Bunyu, 25 Januari 2013
Teruntuk Adik-adik Fikri Asy-Syura

Agenda Biru Dan Gadis Berkerudung Hitam (PART 1)


Gadis itu tidaklah cantik, wajahnya sederhana. Selepas syura’, gadis berkerudung hitam  itu langsung cepat-cepat menuju lantai dua mesjid khusus akhwat. Seorang pria hanya menatapnya kosong kala jari jemarinya terlihat berjalan memegang pegangan tangga menuju atas mesjid. Sedang wanita-wanita lainnya terus saja bercengkrama menyambung pembahasan syura’ yang menurutnya masih belum tuntas. Ia pun turut mengikut langkah, diambilnya air wudhu kemudian dikeuarkannya mushaf maroon yang ada didekatku dari dalam ranselnya. Di sudut belakang mesjid lantai satu kumandang ayat-ayat alqur’an dibacanya berbisik, sedang diluar masih saja ia mendengar sahabat-sahabatnya yang lain bercengkrama, tertawa dan sebagian yang lainnya membersihkan halaman mesjid.
Aku hanya memandanginya saja. Sudah sejak lama ia menyukai gadis berkerudung hitam itu, entah kenapa sulit baginya untuk menepis segala rasa. Kesukaanya bukanlah berawal dari organisasi dakwah yang sedang ia geluti sekarang ini, melainkan sejak SMA. Saat itu gadis berkerudung hitam tidak seperti sekarang, kerudungnya masih biasa sampai bahu. Ketertarikannya lah yang menerjemahkan bahwa gadis berkerudung hitam itu adalah wanita yang rajin ibadah.
“Aahh..”, segera ia tepiskan lagi kenangannya saat SMA dulu, ia harus menyadari bahwa gadis berkerudung hitam kini telah berubah, ia harus menjaga diri dan juga membantu gadis berkerudung hitam untuk menjaga hatinya. Kini kerudung lebar dan tertutup ciri khas gadis tersebut. Setiap berjumpa dijalan ia hanya tertunduk tanpa memandang sedikitpun dan kadang-kadang mengucapkan salam dengan begitu dingin. Pernah suatu kali pada saat syura’, gadis ini mendapatkan sindiran lantaran terlalu sombong saat berjumpa dengan teman laki-laki yang lain. Ia faham betul kenapa -gadis berkerudung hitam- seperti itu, dan tidaklah mungkin ia memberontak ditengah syura’ mengepalkan tangannya serta berteriak, sedang gadis berkerudung hitam itu hanya menunduk biasa saat mendengar sindiran mereka.
Diliriknya jam yang ada ditangannya, sudah menunjukkan masuknya waktu ashar. Disimpannya mushaf maroonnya diatasku, kemudian dengan segera ia berdiri dekat mimbar dan menaruh bibirnya beberapa senti didepan mikrofon. Ditariknya nafas dalam-dalam, seketika itu juga ia terbesit gadis berkerudung hitam, ia pasti senang mendengar aku adzan. “Huuuft..”, dibuangnya kembali nafasnya dengan lemas. Ia mundur, kemudian dipanggilnya salah seorang temannya yang baru saja selesai membersihkan tempat wudhu. “akh..adzan dong, dah masuk waktu ashar”. Lirih dalam hati, Betapa susah menjaga hati ini. Gadis berkerudung hitam, ada baiknya engkau pergi saja jauh-jauh dari kehidupanku”, ia terdiam, kemudian diperbaikinya, “Ada baiknya engkau pergi menuntut ilmu ditempat lain”. Disisi lain, si gadis berkerudung hitam segera mengakhiri tilawahnya, kemudian bersiap-siap mengambil barisan menjadi makmum. Hatinya bergumam, oh..kenapa bukan dia yang adzan.

Senin, 28 Januari 2013

Menyikapi Virus Merah Jambu


Redaksi 1 – Kamis, 27 Safar 1434 H / 10 Januari 2013 07:19 WIB
http://img.eramuslim.com/media/2013/01/cinta.jpegBismillah…
Bergerak dari rasa kepedulian dan keprihatianan, melihat fenomena yang terjadi saat ini, dimana maksiat sudah dianggap sebagai hal yang lumrah. Bahkan sebagian orang menganggap hal demikian adalah hal yang naluriyah, “jadi ya…ga munafik juga, itu manusiawi!” begitu tanggapan salah seorang mahasiswa universitas ternama di Indonesia. Yap.. pembahasan yang akan diulas kali ini tidak jauh dari “virus merah jambu”.
Virus merah jambu atau yang sering kita sebut “cinta” adalah hal yang tak akan habis-habisnya untuk dibahas. Setiap orang pasti pernah merasakan cinta, setiap orang ingin nyinta dan dicinta. Dan sebagian orang ada yang menjadikan cinta sebagai berhala. Naudzubillah.
Islam tidak pernah melarang siapapun untuk jatuh cinta, karna segala yang ada dalam dunia ini merupakan cerminan cinta Allah yang Maha Mencintai, mencintai makhluqnya sehingga Allah jadikan alam semesta ini dengan kesempurnaan dan sebaik-baiknya penciptaan. Namun bagaimana dengan perasaan cinta kepada lawan jenis yang sering kali melanda hati manusia ???
Tidak ada larangan, dan itulah fitroh manusia. Bahkan Fatimah putri kesayangan Nabi Muhammad pun telah jatuh cinta kepada Ali bin Abi Tholib saat pertama kali bertemu juga Zulaikha yang tergila-gila pada Nabi Yusuf karna pesona ketampanan Nabi Yusuf yang luarbiasa. Maka dari itu fenomena cinta ini merupakan hal yang naluriyah, saya tegaskan kembali bahwa adanya perasaan cinta dalam diri manusia itulah yang naluriyah. Akan tetapi tidak jarang orang yang salah dalam menindak lanjuti perasaan naluriyah ini sehingga kemuliaan cinta yang awalnya bersifat manusiawi kini berubah menjadi hewani.
Mengapa demikian ? Fenomenanya, ketertarikan dengan lawan jenis ini dilanjutkan dengan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama kita, islam. Bahkan bagi mereka yang menjalaninya menganggap bahwa “pacaran” hukumnya sah-sah saja dan manusiawi. Kembali pada perintah yang jelas tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an, bahwasanya Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS.Al-Isra : 32 )
 Dalam ayat ini memang tidak secara langsung menegaskan bahwa pacaran itu dilarang, namun pada realitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari pacaran merupakan pintu gerbang yang paling mudah untuk memasuki jurang perzinahan. maka sangatlah pantas jika pacaran dikategorikan sebagai implementasi perzinahan, bahkan menurut teori psikoseksual pacaran merupakan salah satu bentuk pelampiasan seksual.
Ini berarti pengkategorian pacaran sebagai salah satu bentuk perzinahan telah dibenarkan oleh teori-teori yang ada, karena faktanya orang yang menjalani pacaran sangat jarang terhindar dari aktivitas: saling bersentuhan, saling memandang, berkhalwat (berdua-duan), bermanja-manja / melembutkan suara bagi perempuan. Padahal dalil-dalil yang melarang aktifitas-aktifitas di atas sudah cukup jelas. Mengenai aktifitas saling bersentuhan, Nabi Muhammad Saw bersabda :
 “Kepala salah seorang ditusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”(HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabir 20/210 dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, lihat Ash-Shahihah no. 226)
Ini berarti kepala sesorang yang ditusuk dengan jarum besi saja merupakan hal lebih baik daripada sesorang menyentuh wanita yang bukan mukhrim, lantas bagaimana hukuman bagi orang yang saling bersentuhan (dengan kesengajaan) ? Wallahu a’lam. Yang pasti Nabi Muhammad saw telah memberikan peringatan keras dalam hadits tersebut.
Kemudian disusul dengan aktivitas saling memandang. Al-Qur’an sangat jelas memerintahkan baik laki-laki maupun perempuan untuk saling menundukkan pandangan, dalam Surat An-Nisa ayat 30-31, Allah berfirman :
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.(An-Nissa : 30)
Katakanlah kepada wanita yang beriman:Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya……” (An-Nissa : 31)
Namun pada kenyataannya, aktivis pacaran tidak akan memperdulikan perintah agung ini.
dalam riwayat lain  Dari Buraidah radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يَا عِلِيُّ، لَا تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ، فَإِنَّ لَكَ الْأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ
Wahai ‘Ali, janganlah kamu mengikutkan pandangan dengan pandangan. Sesungguhnya bagimu hanyalah pandangan yang pertama, dan bukan yang setelahnya”.
Artinya bahwa pandangan yang pertama adalah pandangan tiba-tiba tanpa kesengajaan, maka adanya pandangan pertama itu diampuni, tanpa dosa. Namun tidak boleh melanjutkan pandangan dengan pandangan yang kedua yang dimaksudkan untuk menikmati, karna melalui pandangan pun akan menjerumuskan pelakunya dalam kategori zina.
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu, dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam bahwasannya beliau bersabda :
كُتِبَ عَلَى ابْنِ أدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌُ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الْإِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
”Telah dituliskan atas Bani Adam bagian dari zina yang pasti ia melakukannya, tidak bisa tidak. Maka, zina kedua mata adalah melihat (yang diharamkan), zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan), zina lisan adalah berkata-kata (yang diharamkan), zina tangan adalah memegang (yang diharamkan), zina kaki adalah melangkah (ke tempat yang diharamkan), hati berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluan membenarkan itu semua atau mendustakannya”.
Jadi, perintah Allah kepada hambanya baik laki-laki maupun permpuan untuk menundukkan pandangan tidak lain adalah untuk menghindari diri dari perbuatan zina sebagaimana telah ditetapkan bahwa zina kedua mata adalah dengan melihat/memandang (yang diharamkan).
Larangan untuk berdua-duaan. Rasulullah saw. bersabda :
“Sungguh tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepi (berduaan) dengan seorang wanita, kecuali yang ketiga dari keduanya adalah syetan.” (HR. at-Tirmidzi)

Hadits ini menegaskan diharamkannya berkhalwat bagi seorang pria dengan wanita asing atau bukan mahramnya. Karena Nabi saw melalui syariat ini menginginkan kita menghindari banyak penyakit sosial dan fisik.
Dalam sebuah penelitian mutakhir, diketahui bahwa ketika laki-laki yang berkhalwat dengan perempuan yang bukan mahrom yang memiliki daya tarik tinggi, itu akan memacu meningkatnya hormon kortisol yang merupakan hormone petanggung jawab terjadinya stress dalam tubuh. Hanya dengan duduknya seorang laki-laki  selama lima menit bersama seorang wanita maka laki-laki akan mengalami kenaikan hormone dengan proporsi tinggi.
Para ilmuwan mengatakan bahwa hormon kortisol sangat penting bagi tubuh dan berguna untuk kinerja tubuh, tetapi dengan syarat mampu meningkatkan proporsi yang rendah, jika terjadi peningkatan hormon dalam tubuh dan berulang terus menerus proses tersebut, maka hal itu dapat menyebabkan penyakit serius seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes dan penyakit lainnya yang mungkin meningkatkan nafsu seksual.
Melembutkan suara (bagi perempuan) juga sering terjadi dalam aktivitas pacaran. Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman:
“Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al-Ahzab: 32)
Mungkin sebagian kita akan berdalih “ loh, itukan hanya bersuara ? apa salahnya kalau perempuan itu bersuara, fitrahnya perempuan memang dengan kelembutannya !”
Ketahuilah, bahwa suara perempuan merupakan aurat yang dapat menimbulkan fitnah bagi laki-laki. Maka dari itu dalam seni bergaul islam hal ini sangat diperingatkan kepada wanita agar senantiasa berbicara seperlunya kepada lawan jenis, dengan tidak melembutkan suara dan menundukkan pandangan.
Beberapa waktu yang lalu teman saya pernah menyanggah bahwa pacaran tidak selalu identik dengan hal-hal negative, “saya pacaran tapi merujuk pada hal-hal yang positif, nyemangatin belajar, jadi punya temen curhat, ya pokoknya pacaran yang positif lah!”, begitu ucap teman saya.
Kembali pada aspek-aspek pacaran, bagaimana aktivitasnya saya pastikan ketika dua orang yang  saling mempunyai rasa ketertarikan sehingga keduanya memutuskan untuk berpacaran, maka aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya tidak akan terhindar dari hal-hal yang sebelumnya telah saya sebutkan, seperti: saling memandang, saling bersentuhan, berdua-duaan (khalwat), dan melembutkan suara bagi perempuan. Setidaknya kalaupun dua orang yang berpacaran tidak bersentuhan, aktivitas saling memandang dan berkhalwat itu pasti terjadi.
Lantas bagaimana bagi mereka yang berpacaran tapi tidak pernah bertemu sebelumnya, misalnya mereka hanya saling mengenal lewat ponsel, komunikasi yang mereka bangun hanya lewat telepon saja ???
Kendati pun komunikasi hanya melalui telepon, pacaran apapun itu bentuknya tidak akan terhindar dari unsur-unsur zina. Ketika dua orang yang dimabuk cinta saling berkomunikasi, setuju atau tidak,  pihak wanita pasti akan melembutkan suara, dan keduanya akan saling bermanja. Perlu kita ketahui bahwa dengan hanya mendengar suara wanita, itu akan mampu membangkitkan syahwat laki-laki. Maka dari itu adanya larangan untuk melembutkan suara ketika berbicara dengan lawan jenis bukanlah tanpa sebab, tapi larangan itu dibuat agar manusia selamat dari azab Allah yang amat pedih.
Apapun alasan yang dibuat manusia, tetaplah segala sesuatu yang dilarang Allah itu berarti hukumnya haram dan mengandung banyak mudhorot. Ada yang beralasan, “kami berpacaran semata-mata karna ingin saling mengingatkan, dan mengajak kepada kebaikan. Mengingatkan sholat, qiyamul lail bersama, ngaji sama-sama, itukan positif !”
Ya, aktivitasnya memang positif, tapi niatnya sudah berbeda. Rajin sholat karena pacar, rajin ngaji karna pacar, qiyamul lail karna pacar, bukan karna Allah. Lalu kalau sudah putus sama pacar, akankah ibadah ini akan bertahan ?. 95% tentu tidak, ibadah ini lambat laun akan menurun, musnah dan bisa jadi seseorang ini justru akan lebih buruk dari sebelumnya. Ko bisa ? sangat bisa, karna segala sesuatu yang dilakukan bukan karna Dzat yang Maha Kekal, sifatnya tidak kekal. Ia akan pudar sedikit demi sedikit karna merasa kehilangan factor pendorong ibadahnya, lantas dalam kurun waktu tertentu semangat ibadah ini akan hilang sama sekali.
Maka tidak ada alasan bagi seseorang untuk mengatakan bahwa pacaran itu positif. Lalu bagaimana solusi bagi mereka yang berpacaran agar tidak dikategorikan zina ?
Solusinya, ya putusin pacar, dan jangan pacaran lagi. Jika memang sudah siap untuk mempertanggungjawabkan rasa cinta, maka islam memberikan jalan yang paling tepat dan barokah ialah dengan menikah. Jika belum mampu menikah maka perbanyaklah berpuasa. Loh apa hubungannya puasa dengan cinta ?. Nyambung dong! dengan puasa kita mampu mengontrol hawa nafsu, dengan puasa kita akan lebih terjaga dari hal-hal yang berbau maksiat, dengan berpuasa kita akan lebih banyak mengingat Allah. Dan dengan itulah Allah juga akan membantu hamba-Nya yang sungguh-sungguh dalam ketaatan kepada-Nya.
 Untuk menjauhkan diri dari dorongan syahwat yang akan menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan, sebenarnya solusinya bukan hanya dengan berpuasa, bisa dengan membiasakan pola hidup sehat, seperti olah raga. Dengan olah raga tubuh akan mampu mengontrol hormon-hormon yang bertanggung jawab terhadap peningkatan syahwat, karna nyatanya meningkatnya syahwat bukan hanya karna dorongan nafsu syaithan tapi juga karna adanya ketidakseimbangan hormone yang terdapat dalam tubuh manusia.
 Kemudian disusul dengan memperbanyak dzikrullah, berkumpul dengan orang sholeh, baca qur’an dan maknanya, dan sholat malam. Ko jadi kaya tombo ati ?
Yup.. bener banget, solusi ini emang diambil dari 5 perkara tombo ati, bukan karna ga punya ide lagi buat nulis tapi segala bentuk kemaksiatan pasti berakar pada hati yang berpenyakit.  Rosulullah bersabda: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Jadi jelas segala sesuatu yang ada pada diri kita bersumber dari hati, jika hati kita baik maka apa yang kita lakukan adalah hal yang baik, tapi jika hati berpenyakit maka apa yang kita lakukan adalah hal yang buruk. Maka dari itu 5 perkara tombo ati ini sangat berpengaruh untuk perbaikan hati yang akan berimbas pada baiknya seluruh jasad. Wallahu a’lam bishshowab…

Ira Azhari, Pendidikan Matematika – Universitas Muhammadiyah Jakarta 2012/2013
http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/menyikapi-virus-merah-jambu.htm#.UQaXUVKMY78

Total Tayangan Halaman

Our Partners

Dewan Eksekutif Wilayah 1

FulDFK

detikhealth