Minggu, 18 Januari 2015

Berlari Menuju Allah


Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...

Dalam hubungannya dengan Tuhan, ada tiga macam “berlari”.
Pertama, berlari menuju All
ah—inilah pelarian orang-orang beruntung;
kedua, berlari dari All
ah—inilah pelarian orang-orang celaka;
ketiga, berlari dari All
ah menuju Allah—inilah pelarian para pencinta Tuhan.

Pernah seorang pemuda mendatangi Rasulullah saw. dengan muka yang menahan malu dan berkata, “Ya Rasulullah, celakalah daku!” “Apa yang telah engkau lakukan?” jawab Rasul. “Dosaku teramat besar, ya Rasul, dan tidak mungkin Alloh mengampuniku.” “Apakah dosamu seluas sahara?” “Tidak, ya Rasulullah, bahkan dosaku lebih luas dari itu.” “Apakah dosamu setinggi Gunung Uhud?” “Tidak, ya Rasulullah, bahkan dosaku lebih tinggi dari itu!” Apakah dosamu sebesar bumi?” Tidak, ya Rasulullah, bahkan dosaku lebih besar dari itu!” “Apakah dosamu lebih besar daripada langit dan bumi? Ketahuilah, wahai pemuda, sesungguhnya ampunan Alloh lebih luas dari semua yang ada, baik di bumi dan di langit.”

Apa yang Anda rasakan setelah menyimak hadis di atas? Ada kejujuran atas kekeliruan. Ada getar optimisme. Ada getar kasih Ilahi. Dalam perjalanan hidup kita, hawa nafsu sering kali menghempaskan kita dari bukit kesucian. Berkali-kali kita mencoba mendaki, namun berkali-kali kita terhempas. Itulah pergulatan hidup. Tapi, manusia tak hanya berpotensi berbuat salah, tetapi juga dikaruniai kemampuan untuk belajar dan memungut hikmah dari kesalahan-kesalahannya. Sabda Nabi, “Setiap manusia adalah pendosa, dan sebaik-baiknya pendosa adalah orang yang selalu bertobat.” (HR al-Tirmidzi).

Quran menggambarkan bagaimana manusia, bahkan manusia pilihan Tuhan, tumbuh dari kesalahan-kesalahan masa lampau. Nabi Ibrahim menemukan agama tauhid melalui suatu runtutan upaya yang keliru (QS 6: 75–82); Nabi Musa melakukan pembunuhan yang tak disengaja tetapi lalu menyesali dan mengambil pelajaran darinya (QS 28: 15–19); Nabi Daud diajari suatu pelajaran penting yang menyadarkannya akan kesalahannya di masa lampau (QS 38: 21–26). Beberapa kali Alloh mengkritik Nabi Muhammad yang secara tegas dimaksudkan sebagai penjelasan kepada beliau dan umatnya.

Tuhan mengingatkan ihwal bahaya dosa dan kesalahan kita, tapi juga menjelaskan bahwa jika kita menyadari kesalahan kita, bertobat, dan beriman serta berbuat baik, Tuhan akan mengubah amal-amal destruktif yang kita lakukan menjadi menguntungkan. “Bertobatlah kalian semua kepada Alloh wahai orang beriman agar kalian beruntung.” (QS al-Nûr: 31). Tuhan berjanji bakal menghapus semua akibat buruk dosa kita. Bukan itu saja. Tuhan juga akan mengganti seluruh keburukan kita dengan kebaikan. Tuhan akan menggantikan ketakutan dengan rasa damai, kefakiran dengan kecukupan, kebodohan dengan pengetahuan, kesesatan dengan petunjuk: ...kecuali orang yang bertobat dan beramal saleh, maka mereka akan Alloh gantikan keburukannya dengan kebaikan. Adalah Alloh Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (QS al-Furqân: 70).

Jadi, yang kita butuhkan adalah kejujuran terhadap diri sendiri. Keberanian untuk mengakui kekeliruan kita. Kendati Tuhan berhak langsung menghukum segala dosa kita, tapi Dia selalu menanti hamba-hamba-Nya yang mau melabuhkan perahunya pada tepian lautan kasih-sayang-Nya. Alloh Swt. berfirman: “Sekiranya Alloh menyiksa manusia karena apa yang mereka lakukan, tentu tidak akan tinggal di punggung bumi satu makhluk pun (yang hidup); tetapi Alloh menangguhkan mereka sampai ke waktu yang ditentukan. Maka apabila datang waktunya maka sesungguhnya Alloh selalu mengawasi hamba-hamba-Nya.” (Q.S. al-Fathir: 45).

Menurut Syekh Tosun, ada rahasia dalam tindakan-Nya menangguhkan hukuman dan memaafkan dosa. Dalam mengajarkan kita bahwa api neraka itu ada, Dia mengajarkan kepada kita bahwa ada banyak jalan untuk menyelamatkan diri. Hal itu tak ubahnya seperti pengumuman tuan rumah yang kaya, dermawan, dan pemurah, yang menyatakan, “Pintu-pintu rumah kami terbuka, meja-meja kami sudah ditata. Orang yang mendapat undangan ini dipersilakan datang, dan kami tidak mencerca orang yang tidak datang ke pesta kami”.

Masihkah ada alasan untuk kita tidak bersyukur? Simaklah sapaan mesra All
ah Yang Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya yang berdosa:

“Katakan, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang sudah melewati batas dalam berbuat dosa. Janganlah kalian putus asa dari kasih sayang All
ah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa seluruhnya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Kembalilah kalian kepada Tuhanmu, berserah dirilah kepadanya, sebelum datang kepada kalian azab kemudian kalian tidak lagi dapat membela diri.’” (QS al-Zumar: 53–54)

Siapakah yang dipanggil Tuhan dalam ayat ini? Tuhan tidak memanggil, “Yâ ‘ibâdiyalladzîna aqâmush shalât—wahai hamba-hamba-Ku yang mendirikan salat” atau “Yâ ‘ibâdiyalladzîna ‘amilûsh shâlihât—wahai hamba-hamba-Ku yang melakukan amal saleh.” Yang dipanggil Tuhan untuk kembali ke pangkuan-Nya adalah “Yâ ‘ibâdiyalladzîna asrafu ‘alâ anfusihim—wahai hamba-hamba-Ku yang sudah melewati batas.” Yang dipanggil Tuhan adalah kita semua, yang sudah menghabiskan usia kita dalam kemaksiatan. Yang disapa Tuhan dengan penuh kasih adalah kita semua, yang sudah membebani punggung kita dengan kedurhakaan. Yang diminta Tuhan tidak banyak. Janganlah berputus asa. Dosa-dosa kita besar, tetapi lebih besar lagi ampunan Alloh. Kita tidak layak menggapai kasih sayang Tuhan, tetapi kasih sayang Tuhan sangat layak untuk mencapai kita karena kasih sayang Tuhan meliputi langit dan bumi.

Suatu ketika Nabi saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Bagaimana keadaan kalian, seandainya di antara kalian suatu saat berada di padang pasir membawa perbekalan dan unta, lalu kalian tertidur; dan ketika bangun, kalian mendapati unta dan perbekalanmu hilang?" Para sahabat menjawab, "Tentu cemas sekali, ya Rasul!" Rasulullah melanjutkan, "Di saat kalian cemas, tiba-tiba kalian lihat unta itu kembali dari tempat jauh dan menghampiri kalian dengan membawa seluruh perbekalanmu. Apa perasaan kalian?" Para sahabat kembali menjawab, "Tentu kami akan bahagia sekali."

Nabi yang mulia lalu berkata, "All
ah akan lebih bahagia lagi melihat hamba-Nya yang datang kepada-Nya daripada kebahagiaan seseorang yang kehilangan unta kemudian ia melihat untanya datang kembali kepadanya."

All
ahu Akbar! Cukup,saudaraku! Cukup! Mari kita bersihkan dosa-dosa kita dengan istighfar yang benar. Hampirilah Allah dengan penuh penyesalan. Saatnya kita bersimpuh, mengakui segala kesalahan kita dan menutupnya dengan perbuatan baik. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman: Siapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal Aku mendekat kepadanya sehasta; siapa yang mendekat kepada-Ku sehasta Aku mendekat kepadanya sedepa. Bila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang menemuinya berlari. Gimana kalau kita menghampiri-Nya dengan berlari?

dan bagaimana jika kita menjemput jodoh dengan bertobat nasuha pdaNya?? semoga berkah harimu saudaraku.....

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Our Partners

Dewan Eksekutif Wilayah 1

FulDFK

detikhealth