Sabtu, 02 Februari 2013

Agenda biru dan gadis berkerudung hitam (PART 2)

Selepas sholat ashar, ia memutuskan keluar dari mesjid sambil membawaku -agenda birunya- dan duduk ditaman belakang yang mengarah keruangan syura’ tadi, dengan harapan dapat membantu menjaga pandangannya dari ketertarikan terhadap gadis itu. Beberapa ikrar digoreskannya didalam hati, bahwa suatu hari nanti ia akan datang meminang gadis berkerudung hitam sesegera mungkin agar semakin ringan langkahnya berjalan dijalan dakwah ini, terhindar dari virus merah jambu yang acap kali menyerang para aktivis dakwah. Terlebih jika ia bersama gadis itu menapak kerikil kehidupan, semua akan terasa indah. Ya, dia berikrar akan menjadi orang hebat secepatnya, mendapat pekerjaan dan segera meminang gadis itu.
Tanpa sengaja, tiba-tiba gadis berkerudung hitam lewat didepannya, masuk menuju rungan syura’ tadi, padahal sudah dia perkirakan bahwa setelah gadis itu turun dari tangga pastinya langsung menuju parkiran untuk pulang, rupanya gadis itu justru memutar arah menuju taman belakang dan masuk keruangan syura’. Ia terkejut, gadis itu pun terkejut. Namun seperti biasa, gadis itu langsung menundukkan pandangan dan ia berkata, “afwan, agenda ana tertinggal”. Ia hanya membalas, “iya”.
Ia kemudian berfikir, benar juga sindiran saat syura’ kemarin, apa salahnya gadis berkerudung hitam itu mengucapkan, “afwan akh, agenda ana tertinggal, hehehe”, kan jauh lebih akrab. Apakah berat baginya untuk sedikit tersenyum? Tapi, ia juga pernah melihatnya dari kejauhan sedang tertawa bersama teman-teman wanita nya, dengan begitu akrab dan renyah. Dia begitu ceria. Semoga bentuk dinginnya ini hanya sebagai bentuk menjaga hijab, bukan karna kebencian atau sombong. Aku malah berfikir, jika gadis itu menjawab dengan akrab apalagi disertai hehehe, pastinya nanti balasan para laki-laki, “oooh..kok udah pikun? Kan masih muda?” atau ”kalau sekiranya hilang, eneng suka agenda warna apa? Jalan sama abang yuk”, hehehehe.
Beberapa bulan pun berlalu, gadis berkerudung hitam sudah jarang terlihat mengikuti kegiatan kampus. Ia bisa lega mengikuti dakwah tanpa beban virus mematikan itu. Namun terkadang ia ingin mencari tahu kemana perginya gadis berkerudung hitam. Begitu seterusnya, rutinitas terus berlanjut. Sampai suatu hari, ia melihat gadis berkerudung hitam datang menghadiri Musyawarah Besar organisasinya, hatinya berdetak begitu kencang, darahnya seperti berdesir. Hari itu menjadi hari yang begitu ceria. Serasa lebih bersemangat. Setiap koreksian kalimat dan pembaharuan program kerja ia berikan banyak masukan. Sesekali diliriknya gadis berkerudung hitam yang duduk disebelah kanan belakang, untuk memastikan gadis berkerudung hitam masih ada ditempatnya. Gadis itu sedang fokus sekali membaca lembar demi lembar program kerja. Dalam hatinya, Semoga engkau terus istiqomah seperti saat ini...
Selesai Mubes, ternyata ia telah salah, hari itu bukanlah hari yang berbahagia baginya. Rasa putus asa seketika begitu menyelimuti dirinya. Ia melirik kearahku, agenda birunya. Aku tahu, ia ingin mengabarkan kabar buruk yang telah didengarnya kepada ku.
Sang gadis berkerudung hitam akan pindah kuliah, mengambil jurusan idamannya dipulau jawa. Langit yang biru yang ia lihat tadi berubah menjadi kelabu, seakan-akan awan turut melunturkan warna putihnya, matahari seperti enggan menyinari lagi, lapangan mesjid yang ia lihat gersang, kosong dan sunyi. Ia menyalahkan dirinya, kenapa saat itu ia berdoa agar sang gadis pergi jauh. Apakah itu salah satu doa yang diijabah karna ia sedang terdzalimi oleh perasaan cinta yang belum tepat pada waktunya? Matanya sembab. Teman-temannya yang lain melihat, kemudian menyimpan sejuta pertanyaan pada matanya.
Hari-haripun berjalan, meski tanpa gadis berkerudung hitam, dakwah baginya akan tetap terus berjalan. Meski langkahnya terasa gontai, meski tulang-tulangnya tak sekuat baja seperti dulu lagi. Kegiatan demi kegiatan terus bergulir. Ia terbayang gadis berkerudung hitam sedang tertawa bercengkrama didepan perpustakaan bersama teman-temannya, kemudian dipalingkan wajahnya menuju tangga mesjid dan lantai dua. Tiba-tiba nafasnya berat, seperti tercekal lehernya.
Dipulau lain, gadis berkerudung hitam sibuk bersama organisasi barunya, sibuk dengan segudang kegiatan akademiknya. Gadis itu pun lirih membisikkan, aku rindu dakwah bersama teman-temanku yang dulu.... begitu terstruktur, begitu berada dizona aman karna bersama teman-teman yang kuat sefaham, aku rinduu..
Perlahan, perpisahan itu mengajarkan mereka berdua agar menjadi orang-orang yang kuat. Sedang aku semakin usang. Empat tahun lamanya setelah perpisahan. Gadis berkerudung hitam kini tumbuh menjadi akhwat yang tangguh. Begitu juga dengan dirinya, ia mencoba untuk menyambung untaian-untaian yang sempat tercerai berai, mengumpulkan sisa asa yang hampir hilang entah kemana. Ia masih ingin meminang gadis berkerudung hitam. Ia mencoretku, digoreskan kalkulasinya, uang yang ia dapatkan dengan lamanya waktu yang harus ia gunakan. Ia bahkan mengira-ngira bulan dan tahun berapa untuk bisa datang meminang gadis berkerudung hitam itu. 

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Our Partners

Dewan Eksekutif Wilayah 1

FulDFK

detikhealth