Redaksi 1 – Senin, 16 Rabiul Awwal
1434 H / 28 Januari 2013 16:29 WIB
ثُمَّ
كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنْ
بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِي
ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan. Dari perut lebah
itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl : 69)
Madu rasanya manis manfaatnya
banyak. Ibnu Qoyyim pun mengatakan bahwa madu adalah zat yang dapat ditambahkan
pada makanan, minuman, manisan, obat-obatan, sejenis penyegar dan dibuat salep
bersama dengan sejumlah zat yang bernilai sebagai obat.
Namun di samping itu banyak pula
yang menganggap madu sebagai obat untuk semua penyakit. Lalu benarkah pendapat
bahwa madu dapat mengobati semua penyakit?
Ibnu Katsir dalam tafsirnya
menguraikan maksud surat An-Nahl ayat 69, “Dari perut lebah itu keluar minuman
yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia.”
Ibnu Katsir menyatakan bahwa madunya
itu berwarna putih, kuning, merah, dan warna lainnya sesuai dengan warna
lainnya sesuai dengan warna makanannya.
Ditafsirkan oleh Ibnu Katsir, “Ia
mengandung obat bagi manusia” maksudnya di dalam madu terdapat obat bagi
manusia. Artinya, madu itu cocok bagi setiap orang, misalnya mengobati dingin,
karena madu itu panas, karena penyakit diobati dengan antinya.
Jika ditarik dengan perumpamaan yang
lebih jauh, maksud dari tafsir Ibnu Katsir yang telah disebutkan bisa
dilengkapi oleh pendapat Ibnul Ambari yang tertera dalam kitab Thibbun
Nabawi Ibnu Muflih.
Ibnu Ambari menyatakan, “Pada
umumnya madu berfungsi sebagai obat. Kalau kebetulan tidak cocok untuk beberapa
orang sakit, maka cocok untuk lebih banyak orang. Ini sama seperti kata orang
Arab, ‘Air adalah kehidupan bagi segala sesuatu.’ Sementara ada orang yang
tewas karena air. Dus, ucapan itu dipahami menurut umumnya.”
Sementara As-Suddi berpendapat,
“Madu mengandung obat penawar bagi penyakit-penyakit yang bisa diobati dengan
madu.”
Laman ‘forum.muslim-menjawab.com’
juga mengulas surat an-nahl ini ditinjau dari segi bahasa. Disebutkan
bahwasannya pada ayat 69 surat An Nahl tidak disebutkan “fiiha asy-syifaa
linnaas,” (dengan bentuk ma’rifat dengan kata syifaa), karena dengan demikian
maka maknannya madu itu mengobati segala penyakit manusia.
Namun yang dikatakan adalah “fiiha
syifaa’un linnaas,” dengan bentuk nakirah, yang artinya bahwa madu itu memiliki
faktor yang dapat menyembuhkan penyakit manusia, bukan semua penyakit.
Ibnu Qoyyim dalam ulasannya tentang
madu menuturkan bahwasannya madu berbahaya bagi orang yang bermasalah dengan
empedu kuning, juga menurut Ibnu Muflih madu bisa berdampak negatif terhadap
penderita gejala penyakit kuning (jaundice). Wallahu A’lam.
Oleh: Joko Rinantohttp://www.eramuslim.com/konsultasi/thibbun-nabawi/benarkah-madu-obat-semua-penyakit.htm#.UQaWcVKMY78
0 komentar:
Posting Komentar