Rabu, 30 Januari 2013

Agenda Biru Dan Gadis Berkerudung Hitam (PART 1)


Gadis itu tidaklah cantik, wajahnya sederhana. Selepas syura’, gadis berkerudung hitam  itu langsung cepat-cepat menuju lantai dua mesjid khusus akhwat. Seorang pria hanya menatapnya kosong kala jari jemarinya terlihat berjalan memegang pegangan tangga menuju atas mesjid. Sedang wanita-wanita lainnya terus saja bercengkrama menyambung pembahasan syura’ yang menurutnya masih belum tuntas. Ia pun turut mengikut langkah, diambilnya air wudhu kemudian dikeuarkannya mushaf maroon yang ada didekatku dari dalam ranselnya. Di sudut belakang mesjid lantai satu kumandang ayat-ayat alqur’an dibacanya berbisik, sedang diluar masih saja ia mendengar sahabat-sahabatnya yang lain bercengkrama, tertawa dan sebagian yang lainnya membersihkan halaman mesjid.
Aku hanya memandanginya saja. Sudah sejak lama ia menyukai gadis berkerudung hitam itu, entah kenapa sulit baginya untuk menepis segala rasa. Kesukaanya bukanlah berawal dari organisasi dakwah yang sedang ia geluti sekarang ini, melainkan sejak SMA. Saat itu gadis berkerudung hitam tidak seperti sekarang, kerudungnya masih biasa sampai bahu. Ketertarikannya lah yang menerjemahkan bahwa gadis berkerudung hitam itu adalah wanita yang rajin ibadah.
“Aahh..”, segera ia tepiskan lagi kenangannya saat SMA dulu, ia harus menyadari bahwa gadis berkerudung hitam kini telah berubah, ia harus menjaga diri dan juga membantu gadis berkerudung hitam untuk menjaga hatinya. Kini kerudung lebar dan tertutup ciri khas gadis tersebut. Setiap berjumpa dijalan ia hanya tertunduk tanpa memandang sedikitpun dan kadang-kadang mengucapkan salam dengan begitu dingin. Pernah suatu kali pada saat syura’, gadis ini mendapatkan sindiran lantaran terlalu sombong saat berjumpa dengan teman laki-laki yang lain. Ia faham betul kenapa -gadis berkerudung hitam- seperti itu, dan tidaklah mungkin ia memberontak ditengah syura’ mengepalkan tangannya serta berteriak, sedang gadis berkerudung hitam itu hanya menunduk biasa saat mendengar sindiran mereka.
Diliriknya jam yang ada ditangannya, sudah menunjukkan masuknya waktu ashar. Disimpannya mushaf maroonnya diatasku, kemudian dengan segera ia berdiri dekat mimbar dan menaruh bibirnya beberapa senti didepan mikrofon. Ditariknya nafas dalam-dalam, seketika itu juga ia terbesit gadis berkerudung hitam, ia pasti senang mendengar aku adzan. “Huuuft..”, dibuangnya kembali nafasnya dengan lemas. Ia mundur, kemudian dipanggilnya salah seorang temannya yang baru saja selesai membersihkan tempat wudhu. “akh..adzan dong, dah masuk waktu ashar”. Lirih dalam hati, Betapa susah menjaga hati ini. Gadis berkerudung hitam, ada baiknya engkau pergi saja jauh-jauh dari kehidupanku”, ia terdiam, kemudian diperbaikinya, “Ada baiknya engkau pergi menuntut ilmu ditempat lain”. Disisi lain, si gadis berkerudung hitam segera mengakhiri tilawahnya, kemudian bersiap-siap mengambil barisan menjadi makmum. Hatinya bergumam, oh..kenapa bukan dia yang adzan.

1 komentar:

Total Tayangan Halaman

Our Partners

Dewan Eksekutif Wilayah 1

FulDFK

detikhealth